Jumat, 04 Januari 2008

Pertumpahan Darah Pertama di Mesjid Al Haram

Pertumpahan Darah Pertama di Mesjid Al Haram

show_image_in_imgtag.jpgPerlu waktu dua minggu bagi tentara Arab Saudi untuk benar-benar membersihkan pasukan Juhaiman dari areal mesjid dan tentu saja Kabah. Itupun dengan mengerahkan pasukan elit, tank dan kendaraan lapis baja, pesawat tempur, roket, peluru kendali, ribuan granat, satu ton gas kimia beracun, dan bantuan tentara Perancis. Darahpun tumpah di tanah haram itu bahkan mungkin adalah untuk kali pertama sejak kawasan itu dinyatakan oleh Nabi Muhammad s.a.w sebagai wilayah terbatas yang mengharamkan pertumpahan darah.

Judul: Kudeta Mekkah (Sejarah yang Tak Terkuak)

Penulis: Yaroslav Trofimov

Judul Bhs Inggris: The Siege of Mecca (The Forgotten Uprising in Islam’s Holiest Shrine and the Birth of Al-Qaeda)

Penerjemah: Saidiman

Editor: A. Fathoni Katamin

Penerbit: Pustaka Alvabet, Desember 2007

Halaman: x + 384 halaman

Oleh Rusdi Mathari

NAMANYA Juhaiman. Nama itu diberikan oleh Muhammad bin Saif al Utaibi, sang ayah lantaran ketika lahir Juhaiman kerap menyeringai. Saif lantas memberi nama untuk anak lelakinya yang lahir pada 1936 itu dengan nama “sang pemberenggut.” Dalam Bahasa Arab pemberengut adalah Juhaiman.

Lebih empat puluh tahun kemudian pada 20 November 1979 si pemberengut itulah yang “menguasai” Komplek Mesjid Al Haram lewat kekuatan bersenjata. Hari itu hari Selasa bertepatan dengan 1 Muharram 1399 (tahun baru Islam pada kalender Hijriah) atau enam belas hari setelah mahasiswa revolusioner Iran menghancurkan dan menduduki Kedutaan Besar Amerika Serikat, di Teheran, Iran. Dunia Islam guncang. Dunia barat dan Uni Soviet terjebak dalam intrik politik. Bagaimanapun Mekkah adalah jantung kaum muslim.

Perlu waktu dua minggu bagi tentara Arab Saudi untuk benar-benar membersihkan pasukan Juhaiman dari areal mesjid dan tentu saja Kabah. Itupun dengan mengerahkan pasukan elit, tank dan kendaraan lapis baja, pesawat F 5, roket, peluru kendali, ribuan granat, satu ton gas kimia beracun, dan bantuan tentara Perancis. Darahpun tumpah di tanah haram itu bahkan mungkin adalah untuk kali pertama sejak kawasan itu dinyatakan oleh Nabi Muhammad s.a.w sebagai wilayah terbatas yang mengharamkan pertumpahan darah.

Korban dari pihak tentara sejauh itu menurut versi pemerintah mencapai 60 orang meninggal dan 200 oang luka-luka, sementara dari kalangan pemberontak 75 orang tewas, 170 ditangkap termasuk 23 perempuan dan anak-anak. Namun para pengamat independen percaya korban dalam pertempuan dua minggu di Al Haram telah menelan korban jiwa 1.000 orang, bahkan lebih. Di dalamnya termasuk ratusan jamaah haji (termasuk asal Indonesia) yang masih bertahan di Mekkah hingga 1 Muharram.

Kenapa Juhaiman memberontak dan berusaha menguasai Al Haram, meskipun dia tahu hal itu terlarang? Dendam dan latar belakang politik pendirian negara Saudi adalah salah satu penyebabnya. Di awal-awal pembentukan negara itu, Dinasti Saud menggandeng murid-murid Syekh Muhammad bin Abdul Wahhâb yang kebanyakan berasal dari suku pedalaman Badui— popular dengan sebutan Wahhabi, ajaran ini dikenal karena hendak memurnikan ajaran Islam agar sesuai dengan al Quran dan Sunnah Rasul. Mereka telah berjuang membantu Abdul Azis merebut kembali tahta Dinasti Saud di Arab pada awal 1900-an.

Namun tentara-tentara yang setia seperti bin Saif (ayah Juhaiman) itu—yang dijuluki sebagai Ikhwan—di belakang pecah kongsi dengan Abdul Aziz akibat perbedaan sikap: Kaum Ikhwan bersikeras menolak kedatangan asi.

Sumber : http://rusdimathari.wordpress.com/

1 komentar:

Mita mengatakan...

sepertinya bukunya menarik ya..